Sebagian pembaca pasti pernah terlibat dalam tugas-tugas
yang perlu (atau sebenarnya dipaksakan perlu oleh pemberi tugas) tambahan orang
untuk menyelesaikannya. Sebut saja tugas kelompok. Saya sendiri sudah terlibat dalam
berbagai macam tugas kelompok dari bikin makalah, presentasi, tugas membuat
koreo senam, sampai bikin film. Emosi saya naik turun di beberapa tugas. Saya
pernah marah-marah tapi juga pernah merasa bangga karena menghasilkan karya
bagus.
Bagi orang yang selalu mengeluh jika dapat tugas kelompok,
pasti sesuatu yang traumatis pernah terjadi padanya. Misal sampai detik-detik
terakhir deadline ternyata hanya dia yang ngerjain tugas, anggota lain cuma
nongkrong di cover makalah. Atau kebagian anggota yang as*hole, yang cuma bisa
menghasilkan feses. Fenomena tadi benar-benar terjadi di society.
Saya pernah baca buku tentang kesalahan persepsi orang
menurut ilmu psikologi. Salah satunya adalah keterlibatan banyak orang
menyebabkan tingkat keamanan lebih tinggi dibanding dengan sedikit orang.
Persepsi tersebut salah. Saya jelasin pakai contoh biar sampai ke otak. Misal
ada orang yang ditodong di keramaian (banyak orang) dan ditodong di gang namun
ada satu orang saksi, menurut kalian mana yang lebih aman? Yang ditodong di
keramaian kan? Soalnya kemungkinan besar bisa ditolong oleh orang-orang itu.
Jawabnya salah, lebih aman yang ditodong di gang sepi dengan satu orang saksi.
Orang cenderung melempar tanggung jawab, jadi orang-orang ini bakal berpikir
bahwa orang lain akan menyelamatkan korban penodongan ini, padahal semua orang
berpikiran sama. Sama seperti satu kelas yang diberi kesempatan bertanya kepada
dosen/guru, siswa kebanyakan celingukan seolah berkata “Please, seseorang tanya
dong”.
Di tugas kelompok, kegagalan bisa jadi karena rasa aman yang
fana ini. Ah, paling udah dipikirin sama ketua atau ah, paling udah dikerjain
sama seseorang. Semua anggota berpikir begitu. Akhirnya sampai mendekati
deadline baru salah seorang berkata “ Tugas kelompok gimana nih?”. Game over.
Nobody care until they feel they’re in danger.
Tipe-tipe Anggota
Setelah malang-melintang di dunia pertugaskelompokan, saya
bisa identifikasi beberapa tipe-tipe anggota kerja kelompok, dari yang paling
busuk sampai secemerlang Soekarno. Berikut adalah tipe-tipenya, diurutkan
berdasarkan sampah kotoran sampai berlian:
Lintah busuk-> kerikil dalam sepatu-> puting pria->
I-will-do-it-myself Guy-> Boediono-> Hitler-> Soekarno
1.
Lintah busuk
Paling rendahan dalam hierarky tipe anggota kelompok.
Parasit, sampah kotoran penghisap darah. Anggota ini tidak pernah kerja tapi
numpang nama di slide pertama tugas presentasi. Sering disuruh ngomong ketika
presentasi karena anggota lain sudah sebal karena dia nggak kerja apa-apa. Tapi
presentasinya suck karena tak tahu apa-apa. Rekomendasi perlakuan : garami dulu
baru dibunuh.
2.
Kerikil dalam sepatu
Sering nggak datang kerja bareng, tapi masih kerap muncul
batang hidungnya. Menghambat kinerja kelompok dengan kerja yang asal-asalan dan
telat. Jadi rasanya seperti kerikil yang mengganjal di sepatu.
3.
Puting Pria
Ada atau nggak ada sama saja.
4.
I-will-do-it-myself Guy
Yang ini termasuk korban. Dedikasinya pada tugas tinggi.
Kemungkinan anggota kelompoknya adalah lintah busuk. Dia cenderung mengerjakan
tugas kelompok sendiri, yang niatnya adalah buat menyelamatkan nilai sendiri
atau memang karena tidak bisa mengandalkan orang lain. Kurang komunikasi antar
anggota juga bisa menyebabkan munculnya orang semacam ini.
5.
Boediono
Silent worker. Diam-diam kerjanya bisa tuntas dan baik.
Bedakan dengan IWDIM guy, orang ini mengerjakan porsi tugasnya sendiri, tidak
semuanya dikerjakan sendiri.
6.
Hitler
Tiran. Ketua kelompok yang kejam. Dia bisa tega tidak memasukkan
nama anggota bila dianggap tak berguna. Kadang lebih suka dipanggil Kaisar
Agung daripada ketua. Walaupun begitu setidaknya dia mau memimpin.
7.
Soekarno
Ketua ideal. Leader, not boss. Bisa menggerakkan dan
memotivasi anggotanya supaya bergerak. Bisa mengguncang dunia bila diberi 10
pemuda. Puncak tertinggi hierarky tugas kelompok.
Sementara segitu dulu, sudah 500-an kata saya torehkan,
takutnya terlalu banyak bagi generasi instant penikmat 140 karakter seperti
sekarang. Bersambung ke Understanding ‘Kerja Kelompok’ part 2.