Sabtu, 12 April 2014

Understanding "Kerja Kelompok" part 1


Sebagian pembaca pasti pernah terlibat dalam tugas-tugas yang perlu (atau sebenarnya dipaksakan perlu oleh pemberi tugas) tambahan orang untuk menyelesaikannya. Sebut saja tugas kelompok. Saya sendiri sudah terlibat dalam berbagai macam tugas kelompok dari bikin makalah, presentasi, tugas membuat koreo senam, sampai bikin film. Emosi saya naik turun di beberapa tugas. Saya pernah marah-marah tapi juga pernah merasa bangga karena menghasilkan karya bagus.

Bagi orang yang selalu mengeluh jika dapat tugas kelompok, pasti sesuatu yang traumatis pernah terjadi padanya. Misal sampai detik-detik terakhir deadline ternyata hanya dia yang ngerjain tugas, anggota lain cuma nongkrong di cover makalah. Atau kebagian anggota yang as*hole, yang cuma bisa menghasilkan feses. Fenomena tadi benar-benar terjadi di society.

Saya pernah baca buku tentang kesalahan persepsi orang menurut ilmu psikologi. Salah satunya adalah keterlibatan banyak orang menyebabkan tingkat keamanan lebih tinggi dibanding dengan sedikit orang. Persepsi tersebut salah. Saya jelasin pakai contoh biar sampai ke otak. Misal ada orang yang ditodong di keramaian (banyak orang) dan ditodong di gang namun ada satu orang saksi, menurut kalian mana yang lebih aman? Yang ditodong di keramaian kan? Soalnya kemungkinan besar bisa ditolong oleh orang-orang itu. Jawabnya salah, lebih aman yang ditodong di gang sepi dengan satu orang saksi. Orang cenderung melempar tanggung jawab, jadi orang-orang ini bakal berpikir bahwa orang lain akan menyelamatkan korban penodongan ini, padahal semua orang berpikiran sama. Sama seperti satu kelas yang diberi kesempatan bertanya kepada dosen/guru, siswa kebanyakan celingukan seolah berkata “Please, seseorang tanya dong”.

Di tugas kelompok, kegagalan bisa jadi karena rasa aman yang fana ini. Ah, paling udah dipikirin sama ketua atau ah, paling udah dikerjain sama seseorang. Semua anggota berpikir begitu. Akhirnya sampai mendekati deadline baru salah seorang berkata “ Tugas kelompok gimana nih?”. Game over. Nobody care until they feel they’re in danger.

Tipe-tipe Anggota

Setelah malang-melintang di dunia pertugaskelompokan, saya bisa identifikasi beberapa tipe-tipe anggota kerja kelompok, dari yang paling busuk sampai secemerlang Soekarno. Berikut adalah tipe-tipenya, diurutkan berdasarkan sampah kotoran sampai berlian:

Lintah busuk-> kerikil dalam sepatu-> puting pria-> I-will-do-it-myself Guy-> Boediono-> Hitler-> Soekarno

1.       Lintah busuk
Paling rendahan dalam hierarky tipe anggota kelompok. Parasit, sampah kotoran penghisap darah. Anggota ini tidak pernah kerja tapi numpang nama di slide pertama tugas presentasi. Sering disuruh ngomong ketika presentasi karena anggota lain sudah sebal karena dia nggak kerja apa-apa. Tapi presentasinya suck karena tak tahu apa-apa. Rekomendasi perlakuan : garami dulu baru dibunuh.

2.       Kerikil dalam sepatu
Sering nggak datang kerja bareng, tapi masih kerap muncul batang hidungnya. Menghambat kinerja kelompok dengan kerja yang asal-asalan dan telat. Jadi rasanya seperti kerikil yang mengganjal di sepatu.

3.       Puting Pria
Ada atau nggak ada sama saja.

4.       I-will-do-it-myself Guy
Yang ini termasuk korban. Dedikasinya pada tugas tinggi. Kemungkinan anggota kelompoknya adalah lintah busuk. Dia cenderung mengerjakan tugas kelompok sendiri, yang niatnya adalah buat menyelamatkan nilai sendiri atau memang karena tidak bisa mengandalkan orang lain. Kurang komunikasi antar anggota juga bisa menyebabkan munculnya orang semacam ini.

5.        Boediono
Silent worker. Diam-diam kerjanya bisa tuntas dan baik. Bedakan dengan IWDIM guy, orang ini mengerjakan porsi tugasnya sendiri, tidak semuanya dikerjakan sendiri.

6.       Hitler
Tiran. Ketua kelompok  yang kejam. Dia bisa tega tidak memasukkan nama anggota bila dianggap tak berguna. Kadang lebih suka dipanggil Kaisar Agung daripada ketua. Walaupun begitu setidaknya dia mau memimpin.

7.       Soekarno
Ketua ideal. Leader, not boss. Bisa menggerakkan dan memotivasi anggotanya supaya bergerak. Bisa mengguncang dunia bila diberi 10 pemuda. Puncak tertinggi hierarky tugas kelompok.


Sementara segitu dulu, sudah 500-an kata saya torehkan, takutnya terlalu banyak bagi generasi instant penikmat 140 karakter seperti sekarang. Bersambung ke Understanding ‘Kerja Kelompok’ part 2. 

Minggu, 14 Juli 2013

Tetaplah Jadi Orang Baik!

Beberapa hari yang lalu, temen saya ada yang kehilangan HP nya. Lumayan bagus sih tipe HP pintar yang layarnya biasa disentuh-sentuh. Setelah ditelisik, ternyata hilang di angkot. Malemnya, ada yg nelpon, katanya dia nemu HP nya temen saya itu. Kita langsung tuh cari ide buat ngasi penghargaan pada sang orang baik tsb, dari puisi lah, suvenir lah, uang, dll. Kita waktu itu benar-benar senang masih ada orang baik yang mau mengembalikan barang yang bukan miliknya, melebihi ditemukannya HP tsb.  Tapi, besoknya lagi ketika ditelpon lagi, tidak ada respon. Telpon lagi tidak respon, lagi, lagi dan lagi hasilnya tidak ada respon. Benar-benar dah, kami yang sudah terlanjur percaya dengan orang tersebut seperti dikhianati, lebih parah bahkan, diberi harapan dulu baru kemudian dikhianati.

Cerita lagi nih, suatu ketika di kantin kampus saya curi dengar percakapan dua orang (sepertinya mahasiswa)
Melihat temennya nampung air gratisan dari kantin di botol minumnya, " Loh, emang boleh ngambil air lagi?"
" Kita harus cerdas bro, kalo ada kesempatan ambil ya ambil" jawabnya kira2 begitu.
Nah, saya cuma geleng-geleng kepala saja. Mungkin dia tidak memikirkan soal biaya yang kantin keluarkan untuk menyediakan air itu, belum lagi air yang diambil bisa jadi milik konsumen lain. Air mungkin bisa jadi murah namun pola pikir yang egois ini yang sebenarnya berbahaya. Cerdas tapi egois? Saya pikir tidak.

Barangkali orang baik sudah semakin langka di dunia ini, bahkan ada perusahaan yang mengadopsi konsep 'orang baik' ini. Kalo gak salah namanya zappos, dia menyediakan jasa pembelian sepatu secara online, dengan garansi satu tahun (CMIIW).

Nah, ada cerita seorang pelanggan memesan sepatu lewat zappos untuk ibunya. Tak disangka, ternyata ibunya meninggal tak lama setelahnya. Larut dalam kesedihan, si pelanggan itu lupa dengan sepatu yg sudah dipesan sampai masa garansi lewat. Nah, begitu ingat, dia masih mencoba buat mengembalikan sepatu yg dipesannya td padahal udah lewat masa garansi. Tapi dari Zappos sendiri malah menerimanya! Bahkan si pelanggan dapat kiriman balik berupa bunga dan ucapan berbelasungkawa dari Zappos. Kurang baik apa coba?

Mungkin orang baik memang semakin langka, tapi justru karena langka itu jadi semakin dicari. hehe. Bahkan ada internet meme (candaan yg ada di internet) yang khusus membahas soal 'orang baik' ini, yaitu Good Guy Greg (GGG). Menurut saya itu merupakan penghargaan buat orang baik, sampai ada internet meme yg membahas khusus tentang orang baik.

Tapi, jangan menyerah pada hal-hal kurang baik di atas, masih banyak orang-orang baik di luar sana yang siap melakukan hal baik demi kepentingan orang banyak walaupun kecil. Seperti mempersilahkan orang untuk menyebrang jalan ketika mengendarai mobil/motor, mengembalikan dompet yang tertinggal, membayar dengan uang pas, dan lain-lain. Kuncinya mungkin jangan egois.

Akhir post saya ingin mengutip salah satu ayat dari Al-Quran:

"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )

Mari berlomba-lomba jadi orang baik!!

Minggu, 07 Juli 2013

Introduksi

Blog ini dibuat untung menampung hasrat saya di bidang tulis menulis. Konon katanya orang yang tidak menulis akan hilang dari peradaban, atau lebih tepatnya tidak pernah muncul di tulisan orang sih. Ada benarnya lho.

Coba dulu waktu jaman kerajaan Hindu-Budha tidak ada yg berminat menuliskan tentang panglima Gajah Mada, mungkin nama satelit Palapa berubah jadi satelit Soeharto, hehe. Xerxes, yang ada di film 300 juga mengancam Leonidas agar tunduk dengan cara menghancurkan perkamen-perkamen yg berisi nama Leonidas di dalamnya agar dia musnah dari sejarah (tapi bagaimana ekspresi si Xerxes ya kalo tahu ternyata Leonidas beribu tahun kemudian malah di filmkan?). Sebegitu kuatnya kah power dari kegiatan tulis-menulis?

Oke, Terus bagaimana dengan nama blind-caveman? Apa artinya? Ada "new"-nya lagi. Sebenernya ini melanjutkan blog saya dulu waktu SMP (dulu nge-blog itu gaul hehe). Karena tulisannya anak SMP banget, saya branding lagi nih blog, jadi agak sedikit berguna dengan penyampaian yang santai aja. Namanya ngasal banget, tapi sebenernya filosofis. Di-indonesia-kan jadi manusia gua buta, arti manusia gua adalah gaptek, jadi blind-caveman: gaptek bgt hehe.

Oke, saya, Blind-caveman undur diri untuk cari inspirasi menulis lagi. sampai jumpa di post selanjutnya!